PEMANFAATAN
LANDAK LAUT
Landak laut telah dikenal sebagai hewan dengan nilai ekonomi
yang tinggi sejak dulu hingga sekarang. Di beberapa tempat di Indonesia, landak
laut juga dikenal oleh masyarakat sebagai bahan makanan. Fauna ini banyak
ditangkap oleh masyarakat sekitar untuk diambil telurnya dan dijadikan menu
makanan sehari-hari. CHASANAH & ANDAMARI (dalam RADJAB, 2001) menyebutkan,
bahwa telur landak laut memiliki nilai gizi yang tinggi dengan nilai protein
dalam berat basah antara 7,04-8,20% dan nilai protein dalam berat kering antara
51,80-57,80%. Nilai lemak dalam berat basah antara 1,14-1,35% dan nilai lemak
dalam berat kering antara 8,53-9,36%.
Di Indonesia, landak laut kebanyakan masih dimanfaatkan untuk
konsumsi harian rumah tangga yakni dengan cara menangkap langsung di habitatnya
tanpa ada usaha komersialisasi dan budidaya. Pada umumnya masyarakat hanya
mengumpulkan landak laut di sekitar pantai dan mengambil gonadnya tanpa
memisahkan berdasarkan jenis yang ada. Gonad yang dikumpulkan dari beberapa
jenis landak laut yang berbeda dicampur ke dalam suatu wadah. Budidaya landak
laut kini sudah dilakukan di berbagai penjuru dunia yakni mulai dari skala
laboratorium hingga skala massal oleh
instansi perikanan, baik melalui pengelolaan swasta maupun
pengelolaan oleh pemerintah. Dalam pemeliharaan dan penanganan pasca panen
sudah dipisahkan berdasarkan jenis landak lautnya Hal tersebut dimaksudkan
untuk menjaga mutu dari produk yang dihasilkan, sehingga landak laut menjadi
komoditas berharga yang memiliki nilai jual tinggi.
KURNIA (2006) menyatakan bahwa masyarakat Jepang juga
menangkap dan membudidayakan landak laut untuk diambil gonadnya sebagai makanan
yang disebut uni. Harga uni tersebut berkisar antara 50 sampai 500 US$ untuk
satu kilogram uni, tergantung warna dan teksturnya. Menurut ASLAN (dalam
KURNIA, 2006), ada tiga jenis bulu babi yang dapat dikembangkan di Indonesia
yakni jenis Echinometra spp., Tripneustes gratilla dan Diadema setosum.